Usir 2 Muslim dari Pesawat Gara2 Pakaian Arab&Berjenggot, Pilot&Maskapai AS Dituntut

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Insiden diskriminasi dalam penerbangan AS kembali menimpa muslim. Dua imam Muslim baru-baru ini mengajukan gugatan hukum terhadap dua maskapai setelah mereka diusir keluar dari pesawat pada May atas permintaan pilot karena penampilan dan agama mereka, demikian CNN melaporkan Senin (20/12).

"Tergugat mengeluarkan Masudur Rahman dan Mohamed Zaghloul, karena penampilan mereka," bunyi gugatan yang dimasukkan oleh kuasa hukum dari Dewan Hubungan Amerika-Islam dan kantor pengacara, United Firm of Carolina Law di Shelby County, pengadilan circuit TN.

"Mereka memiliki janggut, mengenakan pakaian tradisional Arab dan kentara sebagai orang asing. Tergugat tanpa landasan hukum dan hanya mendasarkan pada karakteristik tadi telah menyimpulkan bahwa Tuan Rahman dan Tuan Zaghloul adalah ancaman bagi keamanan, lalu melarang mereka mendapat hak penumpang sesuai tiket yang telah dibeli."

Gugatan hukum tersebut mengatakan, Delta, sebagai peran pengawas, telah melakukan diskriminasi, penghinaan dan pelecehan terhadap Rahman dan Zaghloul.

Menurut dokumen gugatan, kedua lelaki terbang ke Charlotte untuk menghadiri konferensi melawan fanatik anti-Muslim. Ketika akhirnya mereka berhadapan langsung dengan diskriminasi, mereka berharap dapat mengambil pelajaran dari kasus tersebut.

Melewati pemindaian dan titik pemeriksaan TSA di bandara, kedua imam itu dibawa dari gate penerbangan mereka untuk menghadapi cek dan penggeledahan tahap kedua yang dilakukan acam.

Masih menurut gugatan hukum, kedua pria tadi terbuka untuk mengikuti dan bekerjasama sebaik yang mereka mampu.

Mereka menuturkan agen TSA menanyai identitas mereka dan perjalanan mereka ke Carolina Utara, lalu berterima kasih atas kerjasama dan mempersilahkan kembali ke pesawat. Ironisnya, meski mereka telah lolos pemeriksaan ekstra, kedunya tiba-tiba menerima perlakuan mengejutkan dari pilot.

Beberapa saat sebelum pesawat lepas landas, pilot sebagai pihak tergugat mengumumkan bahwa pesawat harus kembali ke gate. Begitu tiba kembali ke gate, pilot sebagai tergugat memerintahkan kedua imam tadi mengambil tas dan meninggalkan pesawat segera.

Kedua lelaki itu pun menekan pengawas untuk memberi alasan penolakan dari si pilot. "Ketika pengawas tergugat kembali, ia sangat gusar dengan penolakan gamblang pilot tergugat untuk menjelaskan alasan mengapa ia melarang dua lelaki tadi naik pesawat.

Sang supervisor menyimpulkan pemeriksaan atas perbuatan pilot tergugat dengan berkata, "Ia salah" namun tak bisa berbuat apa-apa.

Maskapai Delta Air Lines membantah bahwa perusahaan selalu menentang diskriminasi dalam bentuk apa pun. "Atlantic Southeast dan Delta menentang diskriminasi dalam bentuk apa pun terhadap sumber apa pun dan pegawai kami berbuat itu setiap saat demi kondisi terbaik untuk keselamatan dan keamanan penumpang," ujar jurubicara Delta Air Lines, Eric Torbenson, dalam pernyataan yang dikutip CNN.

"Kami tak bisa berkomentar lebih jauh terhadap kasus ini."

Hanya saja, fakta bahwa dua imam tadi diusir dari pesawat hanya berdasar opini pilot sungguh tak bisa diterima. "Harus ada alasan kuat yang berkait pada keamanan," ujar kuasa hukum, Mo Idlibi.

"Anda tak bisa begitu saja menendang orang keluar dari penerbangan hanya karena ras, asal-usul, kebangsaan atau agama." Atas perbuatan tergugat, Idlibi meminta juri pengadilan untuk menjatuhkan sanksi denda dan hukuman dalam jumlah yang diumumkan dalam sidang.

Ini bukan kali pertama insiden diskriminasi menimpa Muslim Amerika di penerbangan AS. Pada 2009, sembilan anggota keluarga Muslim dipindahkan dari penerbangan domestik AirTran Airways setelah mereka bercakap tentang tempat duduk di pesawat.

Insiden lain terjadi pada 2006 ketika enam orang imam dipaksa keluar dari pesawat karena penumpang curiga atas perilaku mencurigakan. Mereka bukan hanya diminta keluar namun juga diborgol dan ditahan di bandara untuk diinterogasi selama lebih dari lima jam.

Sejak tragedi 11 September, Muslim AS, diperkirakan berjumlah enam hingga tujuh juta menjadi kian sensitif terhadap hak-hak sipil mereka, dengan kecemasan Amerika sengaja menarget keyakinan mereka.

sumber

ternyata orang2 berjenggot bagi amerika lebih menyeramkan dibandingkan orang2 yang bertato, rambut ala sapu ijuk, dan punya belasan tindikan disekujur badannya


kalau kata abraham samad, kemungkinan media yang mengkaitkan dirinya dengan kelompok radikal lantaran lebatnya jenggot di dagunya. "Padahal jenggot ini asesoris, bukan jenggot ideologis," ucapnya.



[imagetag]<------>[imagetag]
Wajah Radikal <--------------->Wajah yang damai

muncratjauh 21 Dec, 2011