Miranda S. Gultom Hilang ????

Menkumham Pastikan Miranda Masih di Indonesia

VIVAnews - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Amir Syamsuddin memastikan Miranda Goeltom masih berada di Indonesia. Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom dilarang bepergian ke luar negeri karena kasus korupsi yang menyeret namanya.

"Oh tidak, orang kalau dicekal kan paspornya sudah ditarik," kata Amir membantah kabar keberadaan Miranda di luar negeri, Rabu 14 Desember 2011.

Meski paspor Miranda sudah ditarik, Amir tidak menampik ada kemungkinan yang bersangkutan menggunakan paspor lain. Namun, kata dia, yang pasti paspor Miranda yang sah sudah ditarik seiring perpanjangan cekal yang bersangkutan. "Saya tidak tahu ya kalau ada paspor lain. Tapi paspornya yang sah sudah ditarik."
Sementara itu, Ketua KPK Busyro Muqqodas mengaku sampai saat ini pihaknya belum menemukan indikasi yang mengarah Miranda menjadi tersangka dalam kasus cek pelawat.
Dia mengamini pernyataan Adang Daradjatun mengenai kesetaraan tersangka bagi semua orang yang terlibat dalam kasus ini. Adang menuntut keadilan bagi sang istri, Nunun Nurbaetie yang sudah menjadi tersangka. "Iyalah kesetaraan kepada siapa saja. Basis saya kan alat bukti. Harus itu," kata Busyro.
Miranda sempat menjadi saksi dalam sejumlah kasus yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi, yakni aliran cek pelawat saat pemilihan Deputi Gubernur Senior BI pada 2004 dan aliran dana dari mantan pemilik Bank Century Robert Tantular ke Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya.

Dalam kasus aliran dana Robert, Miranda mengaku tidak tahu menahu sebab saat kasus ini terjadi, dirinya sudah tidak di BI.
Sementara dalam kasus aliran cek pelawat, Miranda pun membantah terlibat. Miranda memang terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior BI pada 2004. "Saya tidak pernah menjanjikan memberi uang atau menjanjikan apapun kepada siapapun sebelum atau setelah pemilihan," kata Miranda. (eh)


SUMBER


Quote:

Mafia Bisnis di Belakang Miranda
MIRANDA Swaray Goeltom, kini bak hilang ditelan bumi. Sebagai target berikut menyusul penangkapan Nunun Nurbaeti, KPK pun sudah mempersempit ruang gerak Miranda, lewat perpanjangan pencekalan selama 6 bulan, terhitung Senin, 12 Desember 2011.
Kaitan pengucuran 480 lembar cek pelawat (traveller's cheque) senilai 24 miliar rupiah untuk menyuap sekitar 30-an anggota DPR periode 1999-2004, tentu sulit dilepaskan dari proses pemilihan Miranda Goeltom menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), tahun 2004.

Sayangnya, hingga kini KPK belum berhasil mengungkap siapa bohir atau cukong pemberi suap ke kalangan DPR, untuk memenangkan Miranda. Padahal dalam penelusuran KPK, ditemukan bukti pemesanan cek pelawat oleh pihak Bank Artha Graha, yang kemudian didistribusi lewat jasa Nunun Nurbaeti, hingga diterima puluhan anggota DPR dari Fraksi Golkar, PDIP, PPP dan Fraksi TNI/Polri.

Dalam kasus suap cek pelawat, Nunun Nurbaeti disinyalir hanyalah operator dengan fee atau bayar jasa, sebesar 1 miliar rupiah. Namun diyakini, istri Mantan Wakapolri Adang Daradjatun ini menjadi jejaring kelompok pemberi suap.

Pengusutan kasus suap cek pelawat, memang sangat pelik, karena lagi-lagi, diduga kuat melibatkan kelompok mafia bisnis dan perbankan, yang berkepentingan mendudukkan Miranda Goeltom sebagai Deputi Gubernur, dengan otoritas mengatur dan megawasi bank di Indonesia.

Hampir 30 politisi nasional sudah menjadi pesakitan, setelah tahun 2008, Politisi PDIP Agus Condro membongkar persekongkolan memenangkan Miranda. Namun sebaliknya, pihak pemberi suap tak kunjung menerima ganjaran. Bahkan untuk menghadirkan Nunun di KPK membutuhkan waktu tahunan, sebelum akhirnya tertangkap di Bangkok, Thailand.

Jika mencermati peliknya proses penangkapan Nunun bisa menjadi bukti, betapi signifikannya melindungi Nunun dalam kerangka menghindarkan jerat hukum, sekaligus mencegah terbongkarnya rahasia skandal cek pelawat.

"Ini menyangkut uang besar dan jaringan mafia bisnis besar yang melibatkan aktor-aktor financial. Dan kalau kita cermati pelarian Nunun ke Bangkok, Thailand, tentu bukan asal lari. Ketika ada informasi yang menyebutkan ada orang bule bersama Nunun dalam penggerebekan, maka kita patut mencurigai keterlibatan intelijen dalam jejaring mafia bisnis dalam kasus Miranda, yang memberikan perlindungan," papar Analis Intelijen Dino Cresbon, kepada matanews.com, Kamis (15/12).

Menurut Dino, Bangkok merupakan tempat operasi CIA (Central Intelligence Agency) Stationary Officer dengan kalangan pemburu rente ekonomi atau economic hitman, untuk wilayah Asia Tenggara dan diback up pusat-pusat finansial di Singapura serta Hongkong.

Kelompok mafia bisnis dan keuangan seperti America Chinese Overseas, yang beroperasi di Bangkok, juga disebut memiliki jejaring di Indonesia, mengingat perbankan di Indonesia mengelola uang sangat besar dan terkait dengan perputaran finansial global.

Patut diduga, kepentingan menempatkan Miranda Goeltom sebagai deputi gubernur senior di Bank Indonesia, punya keterkaitan dengan permainan mereka, untuk menciptakan semacam hegemoni kekuasaan di luar kekuasaan resmi negara, (shadow state) di sektor perbankan.

Mengingat pemesanan cek pelawat dilakukan Bank Artha Graha (AG), maka tidak heran kalau kelompok AG sempat disebut berada di balik pemenangan Miranda. Tapi menurut sumber matanews.com, Miranda Goeltom juga memiliki kedekatan dengan kelompok LIPPO, yang notabene memiliki Bank LIPPO. Selama ini, LIPPO dikenal cukup canggih dalam pengelolaan bisnis perbankan, ditopang jejaring internasional yang cukup mumpuni.

Memang tidak mudah membuktikan dugaan keterlibatan kedua kelompok ini, di balik pemenangan Miranda. "Tapi kalau melihat kedekatan, Miranda jauh lebih dekat ke Grup LIPPO dibanding Artha Graha. Lihat misalnya, Miranda kerap hadir dalam kegiatan keagamaan maupun charity Grup LIPPO. Bahkan kalau melihat treck record LIPPO, mereka lebih lihai dan punya beberapa skandal internasional, seperti suap kepada Bill Clinton untuk kepentingan kampanye presiden Amerika Serikat, yang akhirnya pernah mengganjar Pemilik LIPPO, James Riady," ujar Dino.(*d/che)


SUMBER


Dagelan, udah tau aktor utama masih dibiarkan berkeliaran, nunun babak 2 nih.....

yang dikasih cek 26 anggota DPR udah dibui, yang ngasih belum juga masuk bui, emang cek itu pemberian tuyul mungkin?

guy.sensei 22 Dec, 2011