Juni: Kala Eropa Menyebar E.coli
Jakarta, Wabah penyakit biasanya identik dengan negara miskin dan berkembang. Tapi pada awal Juni 2011, Eropa yang penduduknya memiliki kesadaran yang lebih tinggi soal hidup sehat juga sempat terteror dengan wabah bakteri Escherichia coli atau E.coli yang mematikan. Wabah itu diduga berasal dari timun yang terkontaminasi.
Meski terjadi di Eropa, masyarakat Indonesia pun diminta waspada terhadap strain terbaru E.coli dari Eropa yang sangat mematikan ini. Serangan bakteri Escherichia coli atau E coli di Eropa dikhawatirkan akan meluas hingga Asia lewat buah dan sayuran impor.
Namun Kementerian Kesehatan menjamin belum ada infeksi pada manusia selain di Amerika Serikat dan 15 negara Eropa.
Kekhawatiran itu muncul setelah Thailand menemukan kontaminasi E coli dalam buah alpukat yang diimpor dari Eropa. Namun belum dipastikan apakah jenis E coli yang ditemukan sama dengan di Eropa yakni Enterohaemorrhagic Escherichia coli atau EHEC.
Sebagian besar stain atau jenis E.coli sebenarnya tidak berbahaya. Bakteri ini juga dapat ditemukan di usus manusia maupun binatang berdarah panas.
Namun bakteri yang menyerang Eropa merupakan strain terbaru E.coli yang sangat mematikan karena bisa memicu perdarahan parah. Strain baru yang konon kebal terhadap antibiotik ini dinamakan Enterohaemorrhagic Escherichia coli atau EHEC.
Meski terjadi di Eropa, serangan bakteri mematikan Escherichia coli atau E.coli direspons serius oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Karena belum dipastikan sumbernya, masyarakat Indonesia tak perlu takut makan sayur namun perlu mewaspadai pendatang dari Eropa.
Menteri Kesehatan menegaskan bahwa Indonesia masih aman dari bakteri mematikan Escherichia coli atau E.coli strain baru seperti yang melanda Eropa. Namun Menkes tetap mengimbau masyarakat untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat).
Menkes mengatakan PHBS artinya cuci tangan pakai sabun sebelum makan, sesudah dari jamban atau kamar mandi, juga cuci tangan sebelum menyiapkan makanan, mencuci bahan makanan dan memaksanya hingga matang. PHBS ini bisa mencegah masuknya bakteri mematikan ke dalam tubuh.
Infeksi bakteri E.coli dari makanan yang tercemar bisa terjadi ketika daya tahan tubuh sedang tidak baik. Gejala yang paling sering muncul saat terinfeksi E.coli biasanya berupa diare cair, Buang Air Besar (BAB) berdarah dan disertai mual muntah.
Gejala tersebut kadang tidak muncul seketika, melainkan beberapa jam sesudah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Jeda yang dibutuhkan E.coli sejak masuk ke tubuh manusia hingga memunculkan gejala disebut masa inkubasi dan biasanya makan waktu sekitar 16 jam.
Banyaknya korban tewas di Eropa menurut Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, konsultan lambung dan pencernaan dari Universitas Indonesia, disebabkan karena jenis E.coli yang mencemari makanan di wilayah tersebut adalah jenis terbaru. Evolusi bakteri telah memunculkan jenis lain yang memicu kerusakan ginjal akut sehingga dapat memicu kematian dalam waktu singkat.
Meski demikian, Dr Ari meyakini bahwa distribusi sayuran dari Eropa yang tercemar E.coli pasti sudah sangat dibatasi. Oleh karenanya masyarakat di Indonesia tidak perlu ketakutan untuk mengonsumsi timun dan sayuran lainnya, asal tetap memperhatikan kebersihannya. (Edisi Kaleidoskop Kesehatan 2011 detikHealth).
sumber : http://www.detikhealth.com/read/2011...ecoli?l1101755
Membot11 24 Dec, 2011Jakarta, Wabah penyakit biasanya identik dengan negara miskin dan berkembang. Tapi pada awal Juni 2011, Eropa yang penduduknya memiliki kesadaran yang lebih tinggi soal hidup sehat juga sempat terteror dengan wabah bakteri Escherichia coli atau E.coli yang mematikan. Wabah itu diduga berasal dari timun yang terkontaminasi.
Meski terjadi di Eropa, masyarakat Indonesia pun diminta waspada terhadap strain terbaru E.coli dari Eropa yang sangat mematikan ini. Serangan bakteri Escherichia coli atau E coli di Eropa dikhawatirkan akan meluas hingga Asia lewat buah dan sayuran impor.
Namun Kementerian Kesehatan menjamin belum ada infeksi pada manusia selain di Amerika Serikat dan 15 negara Eropa.
Kekhawatiran itu muncul setelah Thailand menemukan kontaminasi E coli dalam buah alpukat yang diimpor dari Eropa. Namun belum dipastikan apakah jenis E coli yang ditemukan sama dengan di Eropa yakni Enterohaemorrhagic Escherichia coli atau EHEC.
Sebagian besar stain atau jenis E.coli sebenarnya tidak berbahaya. Bakteri ini juga dapat ditemukan di usus manusia maupun binatang berdarah panas.
Namun bakteri yang menyerang Eropa merupakan strain terbaru E.coli yang sangat mematikan karena bisa memicu perdarahan parah. Strain baru yang konon kebal terhadap antibiotik ini dinamakan Enterohaemorrhagic Escherichia coli atau EHEC.
Meski terjadi di Eropa, serangan bakteri mematikan Escherichia coli atau E.coli direspons serius oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Karena belum dipastikan sumbernya, masyarakat Indonesia tak perlu takut makan sayur namun perlu mewaspadai pendatang dari Eropa.
Menteri Kesehatan menegaskan bahwa Indonesia masih aman dari bakteri mematikan Escherichia coli atau E.coli strain baru seperti yang melanda Eropa. Namun Menkes tetap mengimbau masyarakat untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat).
Menkes mengatakan PHBS artinya cuci tangan pakai sabun sebelum makan, sesudah dari jamban atau kamar mandi, juga cuci tangan sebelum menyiapkan makanan, mencuci bahan makanan dan memaksanya hingga matang. PHBS ini bisa mencegah masuknya bakteri mematikan ke dalam tubuh.
Infeksi bakteri E.coli dari makanan yang tercemar bisa terjadi ketika daya tahan tubuh sedang tidak baik. Gejala yang paling sering muncul saat terinfeksi E.coli biasanya berupa diare cair, Buang Air Besar (BAB) berdarah dan disertai mual muntah.
Gejala tersebut kadang tidak muncul seketika, melainkan beberapa jam sesudah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Jeda yang dibutuhkan E.coli sejak masuk ke tubuh manusia hingga memunculkan gejala disebut masa inkubasi dan biasanya makan waktu sekitar 16 jam.
Banyaknya korban tewas di Eropa menurut Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, konsultan lambung dan pencernaan dari Universitas Indonesia, disebabkan karena jenis E.coli yang mencemari makanan di wilayah tersebut adalah jenis terbaru. Evolusi bakteri telah memunculkan jenis lain yang memicu kerusakan ginjal akut sehingga dapat memicu kematian dalam waktu singkat.
Meski demikian, Dr Ari meyakini bahwa distribusi sayuran dari Eropa yang tercemar E.coli pasti sudah sangat dibatasi. Oleh karenanya masyarakat di Indonesia tidak perlu ketakutan untuk mengonsumsi timun dan sayuran lainnya, asal tetap memperhatikan kebersihannya. (Edisi Kaleidoskop Kesehatan 2011 detikHealth).
sumber : http://www.detikhealth.com/read/2011...ecoli?l1101755
0Awesome Comments!