"Padahal siapa yang paling berhak untuk mapan dan menikmati kesejahteraan dari kebun-kebun sawit selain petani-petani pemilik lahan seperti terjadi di Mesuji, Senyerang-Jambi, Aceh, Sumatera, Kalimantan dan lain-lain. Siapa yang lebih berhak menikmati kekayaan emas Papua dan hasil tambang didalamnya selain warga dan penduduk lokal suku Amungme di Papua sana. Dan siapa yang lebh berhak menentukan boleh atau tidaknya lahan mereka dijadikan tambang atau dibiarkan saja demi kesejahteraan seluruh warga disekelilingnya dibandingkan warga Lembu dan Sape sendiri. Dan pemerintahan SBY dengan terang benderang mengabaikan hal tersebut,"
Bendera : Tragedi di Freeport, Mesuji, Bima dan Jutaan Konflik Lainnya Karena Pemerintah Berbisnis Pada Rakyatnya!
Jakarta, Seruu.com - Mantan aktivis 98 Mustar Bona Ventura menilai bahwa jutaan konflik yang mengorbankan nyawa rakyat terjadi akibat pemerintah selalu berbisnis dengan rakyatnya sendiri. Sehingga kepentingan ekonomi dan sosial rakyat selalu menjadi nomor kesekian setelah kepentingan pemilik modal dan investor yang lebih menguntungkan buat para penguasa.
"Mulai dari konflik Freeport. Mesuji, Bima serta jutaan konflik di seluruh penjuru negeri terjadi karena pemerintah selalu berpikiran bisnis dengan rakyat sendiri. Kepentingan sosial dan ekonomi rakyat menjadi perhatian nomor buntut dan selalu dikalahkan oleh kepentingan pemilik modal dan investor yang jelas-jelas hanya menguntungkan segelintir orang di daerah dan penguasa yang memerintah," ungkap aktivis Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) tersebut kepada seruu.com, Senin (26/12/2011).
Mustar menilai rakyat sebagai pemilik sah negeri ini yang sesuai undang-undang adalah pihak yang paling berhakl menikmati kesejahteraaan atas segala kekayaan alam di bumi Indonesia selamanya tidak pernah menikmati secuilpun hak mereka.
"Rakyat selamanya menjadi korban kepentingan negara yang mengeksploitasi sumber daya alam hanya untuk keuntungan pemilik modal asing dan segelintir penguasa yang ironisnya dibangun atas nama kesejahteraan rakyat," tegasnya.
Hal tersebut terlihat dari rentetan kekerasan yang dilakukan negara kepada rakyat dimana korban selalu dari pihak petani, warga lokal dan penduduk sekitar lokasi tambang maupun sumber daya alam yang dieksploitasi dan itu dilakukan dengan sadar oleh polisi, tentara dan seluruh aparat pemerintahan atas nama kepentingan negara dan rakyat.
"Padahal di Freeport terlihat jelas bagaimana warga amungme yang merupakan pemilik sah gunung emas di Papua dan warga disekitarnya hingga detik ini masih seperti orang-orang pra sejarah yang hidup di gunung dan huma meskipun emas Papua merupakan yang terbaik di seluruh dunia dan dua gunungnya telah dikeruk habis oleh Freeport untuk kepentingan Amerika," papar Mustar.
"Hal yang sama juga kita lihat di Mesuji dan deretan perkebunan sawit sepanjang Sumatera dan Kalimantan yang didalamnya terdapat konsep plasma berkedok penyertaan lahan rakyat namun pada prakteknya adalah perampasan lahan yang direstui dan dilindungi negara untuk kepentingan perusahaan sawit dan cukong-cukong Malaysia dan Sinar Mas Group serta segelintir orang di kekuasaan yang memiliki saham-saham perusahaan perkebunan tesebut," jelasnya.
Buat Mustar tragedi di Bima yang terakhir terjadi merupakan contoh nyata bagaimana negara tunduk dan menyembah toke, cukong dan pemilik modal dengan segala cara.
"Dengan kedok demi kesejahteraan rakyat, Dengan dalih demi kepentingan negara, para penguasa telah mengarahkan bedil dan peluru yang dibeli dari pajak rakyat ke kepala para pemilik sah negeri ini, warga lokal yang kepentingannya terabaikan, orang-orang yang berjuang agar tanah yang dimilikinya secara sah tidak dirampas dan dirusak dengan tidak bertanggung jawab," tandas Mustar.
"Ini namanya pemerintah berbisnis dengan rakyat sendiri. Demi uang dan kuasa pemerintah rela melakukan pembantaian kepada semua pihak yang menentang dan mengganggu kepentingannya," imbuhnya.
Lebih lanjut Mustar mengatakan bahwa apa yang diminta warga yang melakukan protes dan demonstrasi di banyak tempat sebenarnya adalah sederhana.
"Mereka cuma minta keadilan, mereka cuma minta hak-haknya tidak dilanggar dan diabaikan, mereka cuma minta hal yang manusiawi dan tidak berlebihan. Cuma karena sifat rakus dan tamak yang dimiliki oleh penguasa maka keluhan warga, keluhan orang-orang yang dilanggar haknya selalu dinyatakan sebagai ucapan para provokator dan orang-orang yang anti kemajuan dan kemapanan," terang Mustar.
"Padahal siapa yang paling berhak untuk mapan dan menikmati kesejahteraan dari kebun-kebun sawit selain petani-petani pemilik lahan seperti terjadi di Mesuji, Senyerang-Jambi, Aceh, Sumatera, Kalimantan dan lain-lain. Siapa yang lebih berhak menikmati kekayaan emas Papua dan hasil tambang didalamnya selain warga dan penduduk lokal suku Amungme di Papua sana. Dan siapa yang lebh berhak menentukan boleh atau tidaknya lahan mereka dijadikan tambang atau dibiarkan saja demi kesejahteraan seluruh warga disekelilingnya dibandingkan warga Lembu dan Sape sendiri. Dan pemerintahan SBY dengan terang benderang mengabaikan hal tersebut," tambahnya.
Terakhir Mustar menuntut dengan tegas agar pemerintah segera memberikan keadilan dan kesejahteraan yang menjadi tuntutan warga. "Berikan keadilan dan kesejahteraan itu pada mereka. Jangan pernah pemerintah berbisnis pada rakyatnya sendiri, karena bila itu yang terjadi, nyawa warga akan selalu melayang, demonstrasi tidak akan pernah berhenti dan pembantaian yang kalian lakukan akan memicu kemarahan yang lebih besar.," pungkasnya. [musashi]
http://www.seruu.com/utama/politik/a...pada-rakyatnya
COmment : Hentikan kekerasan, Penuhi Hak rakyat... polisi cuma pelaksana kebijakan negara yang harus ditinjau ulang agar konflik tidak berlarut
che_guebanget 26 Dec, 2011Bendera : Tragedi di Freeport, Mesuji, Bima dan Jutaan Konflik Lainnya Karena Pemerintah Berbisnis Pada Rakyatnya!
Jakarta, Seruu.com - Mantan aktivis 98 Mustar Bona Ventura menilai bahwa jutaan konflik yang mengorbankan nyawa rakyat terjadi akibat pemerintah selalu berbisnis dengan rakyatnya sendiri. Sehingga kepentingan ekonomi dan sosial rakyat selalu menjadi nomor kesekian setelah kepentingan pemilik modal dan investor yang lebih menguntungkan buat para penguasa.
"Mulai dari konflik Freeport. Mesuji, Bima serta jutaan konflik di seluruh penjuru negeri terjadi karena pemerintah selalu berpikiran bisnis dengan rakyat sendiri. Kepentingan sosial dan ekonomi rakyat menjadi perhatian nomor buntut dan selalu dikalahkan oleh kepentingan pemilik modal dan investor yang jelas-jelas hanya menguntungkan segelintir orang di daerah dan penguasa yang memerintah," ungkap aktivis Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) tersebut kepada seruu.com, Senin (26/12/2011).
Mustar menilai rakyat sebagai pemilik sah negeri ini yang sesuai undang-undang adalah pihak yang paling berhakl menikmati kesejahteraaan atas segala kekayaan alam di bumi Indonesia selamanya tidak pernah menikmati secuilpun hak mereka.
"Rakyat selamanya menjadi korban kepentingan negara yang mengeksploitasi sumber daya alam hanya untuk keuntungan pemilik modal asing dan segelintir penguasa yang ironisnya dibangun atas nama kesejahteraan rakyat," tegasnya.
Hal tersebut terlihat dari rentetan kekerasan yang dilakukan negara kepada rakyat dimana korban selalu dari pihak petani, warga lokal dan penduduk sekitar lokasi tambang maupun sumber daya alam yang dieksploitasi dan itu dilakukan dengan sadar oleh polisi, tentara dan seluruh aparat pemerintahan atas nama kepentingan negara dan rakyat.
"Padahal di Freeport terlihat jelas bagaimana warga amungme yang merupakan pemilik sah gunung emas di Papua dan warga disekitarnya hingga detik ini masih seperti orang-orang pra sejarah yang hidup di gunung dan huma meskipun emas Papua merupakan yang terbaik di seluruh dunia dan dua gunungnya telah dikeruk habis oleh Freeport untuk kepentingan Amerika," papar Mustar.
"Hal yang sama juga kita lihat di Mesuji dan deretan perkebunan sawit sepanjang Sumatera dan Kalimantan yang didalamnya terdapat konsep plasma berkedok penyertaan lahan rakyat namun pada prakteknya adalah perampasan lahan yang direstui dan dilindungi negara untuk kepentingan perusahaan sawit dan cukong-cukong Malaysia dan Sinar Mas Group serta segelintir orang di kekuasaan yang memiliki saham-saham perusahaan perkebunan tesebut," jelasnya.
Buat Mustar tragedi di Bima yang terakhir terjadi merupakan contoh nyata bagaimana negara tunduk dan menyembah toke, cukong dan pemilik modal dengan segala cara.
"Dengan kedok demi kesejahteraan rakyat, Dengan dalih demi kepentingan negara, para penguasa telah mengarahkan bedil dan peluru yang dibeli dari pajak rakyat ke kepala para pemilik sah negeri ini, warga lokal yang kepentingannya terabaikan, orang-orang yang berjuang agar tanah yang dimilikinya secara sah tidak dirampas dan dirusak dengan tidak bertanggung jawab," tandas Mustar.
"Ini namanya pemerintah berbisnis dengan rakyat sendiri. Demi uang dan kuasa pemerintah rela melakukan pembantaian kepada semua pihak yang menentang dan mengganggu kepentingannya," imbuhnya.
Lebih lanjut Mustar mengatakan bahwa apa yang diminta warga yang melakukan protes dan demonstrasi di banyak tempat sebenarnya adalah sederhana.
"Mereka cuma minta keadilan, mereka cuma minta hak-haknya tidak dilanggar dan diabaikan, mereka cuma minta hal yang manusiawi dan tidak berlebihan. Cuma karena sifat rakus dan tamak yang dimiliki oleh penguasa maka keluhan warga, keluhan orang-orang yang dilanggar haknya selalu dinyatakan sebagai ucapan para provokator dan orang-orang yang anti kemajuan dan kemapanan," terang Mustar.
"Padahal siapa yang paling berhak untuk mapan dan menikmati kesejahteraan dari kebun-kebun sawit selain petani-petani pemilik lahan seperti terjadi di Mesuji, Senyerang-Jambi, Aceh, Sumatera, Kalimantan dan lain-lain. Siapa yang lebih berhak menikmati kekayaan emas Papua dan hasil tambang didalamnya selain warga dan penduduk lokal suku Amungme di Papua sana. Dan siapa yang lebh berhak menentukan boleh atau tidaknya lahan mereka dijadikan tambang atau dibiarkan saja demi kesejahteraan seluruh warga disekelilingnya dibandingkan warga Lembu dan Sape sendiri. Dan pemerintahan SBY dengan terang benderang mengabaikan hal tersebut," tambahnya.
Terakhir Mustar menuntut dengan tegas agar pemerintah segera memberikan keadilan dan kesejahteraan yang menjadi tuntutan warga. "Berikan keadilan dan kesejahteraan itu pada mereka. Jangan pernah pemerintah berbisnis pada rakyatnya sendiri, karena bila itu yang terjadi, nyawa warga akan selalu melayang, demonstrasi tidak akan pernah berhenti dan pembantaian yang kalian lakukan akan memicu kemarahan yang lebih besar.," pungkasnya. [musashi]
http://www.seruu.com/utama/politik/a...pada-rakyatnya
COmment : Hentikan kekerasan, Penuhi Hak rakyat... polisi cuma pelaksana kebijakan negara yang harus ditinjau ulang agar konflik tidak berlarut
0Awesome Comments!